Detail

Blog Image

#2020, Bersama Menuju Eliminasi TBC dan Melawan COVID-19

Oleh : dr. Nunis N Azizah

 

Seperti kita ketahui bersama, saat ini Indonesia dan tidak kurang dari 150 negara lainnya di dunia sedang mengalami wabah pandemi emerging disesase COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV2. Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada 31 Desember 2019, kemudian menyebar luas ke seluruh dunia karena mudahnya penularan melalui droplet dan kontak dekat. Data yang ditunjukkan oleh John Hopkins Coronavirus Resource Center per tanggal 23 Maret 2020, terdapat 331.273 kasus terkonfirmasi dengan 14.450 kasus kematian seluruh dunia. Sementara di Indonesia, terdapat 514 kasus terkonfirmasi dengan 48 kasus kematian. Gejala COVID-19 mirip dengan infeksi virus yang lain, demam, batuk, nyeri tenggorok, yang apabila penderita dalam keadaan imunitas yang tidak optimal, maka akan jatuh dalam kondisi gagal nafas sehingga menimbulkan kematian. Pencegahan meluasnya kasus yang dilakukan saat ini adalah cuci tangan, etika batuk, social distancing, self isolation bagi populasi beresiko, kebijakan libur sekolah dan work form home untuk pekerja karena sampai saat ini alat diagnostik masih terbatas, tidak semua fasilitas kesehatan mampu merawat, pengobatan yang efektif masih dalam penelitian, dan vaksin untuk pencegahan belum ditemukan.

Tidak boleh kita lupakan, selain mengalami penderitaan akibat emerging disease, Indonesia juga mengalami penderitaan akibat penyakit tidak menular dan penyakit menular. Yang menjadi PR kita saat ini salah satunya adalah penyakit menular TBC. Diperkirakan setiap tahunnya, terdapat 845.000 penduduk Indonesia menderita TBC. TBC adalah penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Gejala umum yang ditimbulkan adalah batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh lebih dari 2 minggu dan/atau disertai gejala tambahan, antara lain demam atau meriang, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. Diagnosa TBC dilakukan dengan uji pemeriksaan dahak, dengan metode mikroskopis maupun Tes Cepat Molekuler (TCM). Pada beberapa daerah, TCM menjadi standar untuk pemeriksaan awal yang bertujuan untuk meningkatkan temuan kasus dan mendeteksi penyakit TBC Resisten Obat (TBC-RO). Pengobatan TBC-RO lebih sulit tatalaksananya, pengobatan lebih mahal, membutuhkan waktu lebih panjang, dan efek samping pengobatan lebih berat. TBC-RO beberapa disebabkan oleh kegagalan pengobatan (tidak patuhnya pengobatan, pengobatan TBC tidak standar) dan tertular oleh penderita TBC-RO. Laporan pasien tahun 2009-2018 terdapat 14.064  kasus TBC-RO.

Pendekatan dalama upaya penemuan dan tata laksana kasus yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah yaitu TOSS TBC, Temukan TBC, Obati Sampai Sembuh karena memungkinkan seluruh lapisan masyarakat bisa turut berperan serta. Langkah-langkah TOSS-TBC yaitu sebagai berikut:

  1. Temukan gejala di masyarakat. Apabila Saudara atau keluarga Saudara menderita batuk terus menerus lebih dari 2 minggu, dan/atau disertai gejala berikut demam atau meriang, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan, maka segeralah ke fasilitas kesehatan terdekat dan menyampaikan gejala kepada petugas kesehatan.
  2. Obati TBC dengan tepat. Pemeriksaan untuk mendiagnosa TBC ditanggung oleh pemerintah. Keluarkan dahak dengan tepat sesuai anjuran petugas kesehatan agar mendapatkan hasil yang optimal. Apabila terdiagnosa TBC, obat sesuai standar bisa didapatkan secara gratis di fasilitas kesehatan.
  3. Pantau pengobatan TBC sampai sembuh. Pengobatan TBC membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Pengawas Minum Obat diperlukan untuk membantu keberhasilan pengobatan Saudara. Selama periode pengobatan, lakukan pemeriksaan dahak pada bulan kedua, kelima, dan keenam untuk memantau kemajuan pengobatan Saudara.

Hal lain yang bisa kita lakukan, untuk mencegah meningkatnya kasus TBC akibat reaktivasi TBC laten 10-20 tahun mendatang yaitu membawa anak-anak kurang dari 5 tahun dari penderita TBC ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan penapisan. Apabila saat ini anak-anak calon penerus bangsa kita tidak menderita TBC, maka akan diberikan Pengobatan Pencegahan dengan INH sesuai program dari pemerintah. Selain itu, pastikan anak-anak balita Saudara mendapatkan vaksin BCG. Perhatikan etika batuk yang benar, agar anggota keluarga  serumah tidak tertular.

Pada tanggal 24 Maret, Indonesia dan dunia memperingati hari TBC. Peringatan ini mengingatkan kita bahwa 10 tahun mendatang kita mempunyai cita-cita eliminasi TBC 2030. Bersamaan dengan terjadinya wabah pandemi COVID-19 tahun ini, mari kita patuhi kebijakan pemerintah agar mempercepat eliminasi.

Editor : Alek Gugi Gustaman, SKM

Kategori

Terkini

Tags

Testimonials