Detail

Blog Image

HARI DEMAM BERDARAH ( 22 April ) WASPADA DEMAM BERDARAH SUPAYA TAK MEMPERPARAH WABAH CORONA

Alek Gugi Gustaman, SKM

 

Tanggal 22 April setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Demam Berdarah Nasional. Demam berdarah atau biasa yang kita kenal DBD merupakan salah satu penyakit dinegara tropis termasuk di Indonesia. Dalam peringatan Hari Demam Berdarah Nasional ini terus melakukan sosialisasi tentang bahaya demam berdarah dan cara pencegahannya.

Demam berdarah atau biasa yang kita kenal DBD merupakan salah satu penyakit di negara tropis termasuk di Indonesia. Musim pancaroba di bulan April-Mei diperkirakan akan tingkatkan kasus DBD. Di tengah pandemi COVID19 ini terjadi lonjakan kasus di berbagai daerah di Indonesia. Isu COVID19 seolah menutupi jumlah kasus DBD, per 4 April 2020, kasus DBD di Indonesia mencapai 39.876 kasus.

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue,  ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes. Demam berdarah dengue banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD antara lain:  rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan dimana banyak timbul genangan-genangan air di sekitar pemukiman seperti talang air, ban bekas, kaleng, botol, plastik, gelas bekas air mineral, lubang pohon, pelepah daun dan lain-lain.

Gejala awal demam berdarah dengue antara lain: demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan, pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. Masa inkubasi demam berdarah 3 s/d 14 hari tetapi pada umumnya 4 s/d 7 hari.

Ada dua hal yang penting untuk dipahami mengenai demam berdarah. Pertama, penyakit ini ditularkan oleh nyamuk dari satu manusia ke manusia lain. Kedua, terdapat proses perjalanan penyakit yang melibatkan fase dan risiko yang berbeda pada perjalanannya.

Nyamuk yang menjadi vektor adalah Aedes aegypti betina, yang membawa virus dan mampu terbang sejauh maksimal 400 meter. Sekali bertelur, nyamuk betina menghasilkan sekitar 100 telur yang mampu bertahan beberapa bulan dalam cuaca apa pun. Upaya untuk memberantas telur nyamuk ini tidak dapat dilakukan karena nyamuk biasanya meletakkan telurnya secara tersembunyi di tempat-tempat yang teduh.

Telur kemudian harus melalui fase akuatik yang dimulai saat telur terendam air, misalnya dalam kubangan air hujan atau penampung air bersih lainnya. Hal ini yang menjelaskan mengapa pada jumlah nyamuk semakin banyak pada musim hujan karena sejak telur terendam air sampai jadi nyamuk dewasa hanya membutuhkan waktu tujuh hari.

Nyamuk Aedes aegypti  habitat hidupnya di sekitar manusia dan memiliki pola menggigit pada siang hari (day-bitting) dengan puncak aktivitas menggigit pada pagi hari dan sore hari. Aedes juga senang menggigit di dalam rumah. Kemampuan nyamuk untuk menggigit dan menyebarkan virus dengue dipengaruhi oleh cuaca atau suhu lingkungan.

Seseorang yang terinfeksi virus demam berdarah, tidak menunjukkan gejala pada saat awal. Fase yang dikenal sebagai masa inkubasi ini berlangsung sekitar tujuh hari. Pada masa ini virus sudah dapat menyebar melalui gigitan nyamuk dari satu orang ke orang lainnya.

Fase berikutnya ditandai adanya gejala demam. Pada saat sudah menggejala dikenal tiga fase sakit: fase demam (febril, 3-4 hari), fase kritis (4-7 hari), dan fase pemulihan selama tujuh hari juga.

Fase demam terjadi pada 3-4 hari pertama setelah ada gejala, ditandai dengan gejala demam mendadak tinggi, sakit kepala, nyeri di belakang bola mata, sakit atau linu pada otot dan tulang, mual dan muntah. Saat diobati, gejala akan mereda tetapi biasanya tidak hilang tuntas. Gejala akan perlahan membaik saat pasien memasuki fase kritis.

Fase kritis adalah fase setelah hari ke-4 sampai hari ke-7. Saat memasuki fase kritis, pasien relatif sudah terlihat lebih baik tetapi proses infeksi masih terjadi di dalam tubuh. Pada fase ini akan terjadi perubahan ukuran pori pembuluh darah menjadi lebih besar yang menyebabkan terjadinya kebocoran pembuluh darah. Pasien dapat mengalami penurunan tekanan darah bahkan sampai mengalami syok.

Pada saat yang sama juga terjadi penurunan trombosit, yaitu sel darah yang berperan dalam proses pembekuan, yang menyebabkan risiko perdarahan pada pasien. Pengobatan pada fase ini bersifat suportif, yakni pemberian cairan yang cukup dengan memperhitungkan kebutuhan pasien sehingga tidak terjadi kelebihan cairan dan pemantauan risiko perdarahan. Bila kedua hal tersebut tidak terpantau secara baik maka risiko kematian akan meningkat.

 

Fase pemulihan terjadi setelah hari ke-7. Pada fase ini, virus akan mengalami apoptosis (kematian sel) dan proses perbaikan dalam tubuh terjadi secara spontan termasuk kenaikan trombosit dan perbaikan bocornya pembuluh darah. Pada fase ini dapat terjadi suatu keadaan yang dikenal sebagai rash penyembuhan, yaitu kemerahan di tangan dan kaki yang disertai rasa gatal. Rash penyembuhan ini tidak selalu terjadi pada pasien.

Beberapa upaya pertolongan awal terhadap penderita dapat dilakukan antara lain tirah baring (bedrest), perbanyak asupan cairan/ banyak minum sekurangnya 2 liter per hari, kompres hangat, bila demam tinggi dapat diberikan obat pereda demam (antipiretik) seperti parasetamol. Bila 2-3 hari gejala semakin memburuk seperti pasien tampak makin lemas, muntah-muntah, gelisah atau timbul pendarahan spontan seperti mimisan, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna dan lain sebagainya diharapkan agar segera dibawa ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan setempat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Pencegahan demam berdarah yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu :

  1. Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti: bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain.
  2. Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti: drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya;
  3. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.

Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan lainnya seperti:

  1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, misalnya water toren, gentong/tempayan penampung air hujan, dll.
  2. Menggunakan kelambu saat tidur,
  3. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk,
  4. Menanam tanaman pengusir nyamuk,
  5. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
  6. Menggunakan anti nyamuk semprot maupun oles bila diperlukan.

Kementerian Kesehatan menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk turut peduli dalam upaya mencegah penyebaran DBD antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan, melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) minimal di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing, tempat kerja, sekolah dan tempat ibadah.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas diperlukan komitmen dan upaya yang luar biasa dari pemerintah daerah, sektor swasta dan peran serta aktif masyarakat untuk bersama-sama dalam melakukan langkah-langkah pencegahan penularan penyakit DBD, melalui  kegiatan pemantauan jentik secara berkala dan PSN 3M Plus, karena saat ini kita masih menghadapi musim penghujan, bahkan pola curah hujan yang tak menentu pada tahun 2020 ini, sehingga masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan DBD dengan cara menggiatkan gerakan PSN 3M Plus serentak.

 

 

 

*Disadur dari berbagai sumber

 

Kategori

Terkini

Tags

Testimonials